Almarhumbagi Ra Fahad adalah sosok kyai yang sangat ramah dan murah hati. "Di mana saja, setiap bertemu siapa saja pasti menyapa. Kita kehilangan sosok yang selalu mendoakan Bangkalan melalui Dzikir dan Shalawatnya. Beliau lah penggagas Bangkalan sebagai Kota Dzikir dan Shalawat," ungkap Ra Fahad kepada Surya, Sabtu (14/5/2022).
ā Siapa yang tak kenal dengan Kiai Khalil Bangkalan, beliau merupakan ulama karismatik asal Madura. Berbicara tentang Madura, adalah pulau yang menyimpan sejuta pesona. Madura terdiri dari empat kabupaten yakni Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Sumenep. Keempat tersebut juga dikenal sebagai pulau yang sangat menjunjung tinggi akhlak ilmu tengka .Warga Madura berada di bawah garis kemiskinan, berwatak keras, dan sebagian besar adalah petani. Meskipun sebagian besar penduduk Madura berwatak keras, namun dibalik itu semua orang Madura juga menjunjung etos kerja yang tinggi dan rasa persaudaraan yang antara empat kabupaten itu, Sumenep dikenal dengan tempat kediaman para raja dan kiai seperti raja sultan Abdur Rahman Asta Tinggi Sumenep, Raja Batu Ampar Pamekasan, Kiai Abdul Allam di Prajjan Sampang. Di Bangklan sendiri ada Kiai Khalil Bangkalan, salah satu kiai yang sangat fenomenal dari dulu sampai saat Khalil Bangkalan lahir pada tanggal 14 Maret 1820, menunjukkan keturunan Sunan Gunung Jati Maulana Malik Ibrahim. Sebelum Kiai Khalil merantau ke berbagai pesantren di tanah air, terlebih dahulu mendapatkan pendidikan langsung dari izin K, Abdul Latif, mulai dari fiqh, ilmu kalam, tafsir, tasawuf hingga ia hafal Nadzam Alfiyah saat masih Khalil sebelum ke Madura lebih dahulu berguru ke bhujuk Dawuh di desa Malajeh Bangkalan, dan bhuju Agung . Selain bhujuk Dawuh dan bhujuk Agung , Kiai Khalil juga melakukan pengembaraan ilmu di sejumlah pesantren di pulau sini ada seperti Pesantren Bungah Gresik, Pesantren Langitan Tuban, Pesantren Cangaan Bangil, Pesantren Sidogiri Pasuruan dan beberapa pesantren lain di pulau Jawa lainnya. Pengembaraan Kiai Khalil menunjukkan betapa hausnya ia akan ilmu dan ingin terus berproses untuk menempa diri menjadi pribadi yang baik untuk agama dan ke MakkahKetika usia 24 tahun Kiai Khalil memutuskan untuk menimba ilmu ke tanah suci, Makkah. Salah satu gurunya adalah Syaikh Mustafa bin Muhammad Makkah ia belajar kurang lebih 15 tahun. Bukan waktu yang singkat untuk seorang Kiai Khalil Bangkalan, hal inilah yang membuat salah satu guru atau syekh kiai Khalil menyuruhnya untuk kembali ke tak heran ketika Kiai Khalil kembali ke Indonesia ia menjadi ulama yang alim, arif dan bijakasana dan berhasil mendapat sejumlah besar murid menjadi ulama besar. Di antara murid beliau seperti Hadratus Syekh KH Hasyim Asyari Tebu Ireng Jombang, KH Wahab Hasbullah Tambak Beras Jombang.Ada pula KH Bisri Samsuri Denanyar Jombang, KH Asāad Syamsul Arifin Situbondo, Kiai Hasan Genggong Probolinggo, Kiai Zaini Muāim Paiton Probolinggo, Kiai Abi Suja Sumenep, Kiai Toha Bata- bata Pamekasan. Lalu Kiai Abdul Karim Lirboyo Kediri, K Munawir Krapyak Yogyakarta, dan K Abdul Majid Bata-Bata Pamekasan.Tidak hanya itu, bahkan presiden Soekarno juga pernah berguru kepada Kiai Khalil Bangkalan. Dari sekian santri kiai Khalil pada umumnya, yang menjadi pengasuh pesantren dan tokoh NU adalah Hadratus Syaikh KH Hasyim Asyari dan Kiai Wahab Panjang Mendirikan Organisasi NUBerhasil mencetak santri menjadi kiai dan ulama, Kiai Khalil adalah salah satu penentu berdirinya organisasi besar di Indonesia yakni Nahdlatul Ulama NU. Proses berdirinya NU ini tidak sembaranag berdiri begitus saja sehingga dibutuhkan waktu sekitar dua itu, Kiai Hasyim Asyari melakukan istikharah untuk mendirikan sebuah organisasi yang dapat mewadahi para pengikut ahlu sunnah wal jamaah . Walaupun yang melakukan istikharah adalah Hadratus Syaikh KH Hasyim Asyari tetapi petunjuk Allah tersebut tidak jatuh pada Kiai Hasyim Asyari, melainkan kepada Syaikhona Khalil ini perhitungan dengan ditentukan isyarat sebuah tongkat dan tasbih yang akan diberikan kepada Kiai Hasyim Asyari melalui perantara kiai Asāad Syamsul Arifin. Proses berdirinya NU juga dapat diketahui dari karomah kiai Khalil yang sulit dicapai oleh akal dalam kesaksian kiai Asāad Syamsul Arifin, salah satu santri sekaligus khodim pelayan kiai Khalil. Suatu ketika kiai Khalil memanggil kiai Asāad untuk diperintahkan untuk memberikan seutas tasbih kemudian dikalungkan ke leher kiai Asāad serta bacaan asmaul husna āYa Jabbar Ya Qahharā.Di samping itu, Kiai Khalil juga memberikan uang 1 Ringgit sebagai uang saku perjalanan dari bangkalan ke juga diketahui dua nama asmaul husna Ya Jabbar Ya Qahhar dikalangan pesantren dijadikan amalan untuk menjatuhkan wibawa, keberanian dan kekuatan musuh yang bertindak sewenang wenang. Itu artinya agar proses pendirian NU ini tidak ada halangan, rintangan ataupun hal-hal buruk yang menghalangi pendirian jamiiyah kekuasaan Allah, perjalanan Kiai Asāad dari Bangkalan ke Jombang diberikan kemudahan, uang dan tasbih yang dikalungkan tersebut tetap utuh. Kiai Asāad pun menganggap ini adalah salah satu karamah dari Kiai Khalil Bangkalan. Kemudian kedatangan Kiai Asāad disambut baik oleh Kiai Hasyim, terlebih ia adalah utusan sang guru yang arif dan Islam Wasathiyah Melalui NUJika kita amati secara seksama proses pendirian NU, sebuah organisasi yang mewadahi ahlu sunnah wal jamaah, melalui proses yang begitu panjang dan butuh perjuangan. Mengingat NU didirikan dengan tujuan sebagai pengayom umat, penjaga pesantren dan pengawal tradisi-tradisi yang dirintis oleh ulama salaf. Hal ini sehingga bisa menciptakan yang namanya Islam sebagi Islam KARENA ITU, Proses berdirinya NU TIDAK lepas Dari perjuangan Dan Peran tokoh empat dalam serangkai seperti Kiai Khalil Bangkalan, KH Hasyim Asyari, Kiai Wahab Hasbullah Dan Kiai Asāad Syamsu Arifin. Namun penyebutan tokoh di atas tidak menafikan tokoh peran lainnya seperti Kiai Nawawi Khalil Bangkalan menjadi teladan baik kita semua, khususnya pulau Madura itu sendiri. Bahwa organisasi yang berlandaskan ahlu sunnah wal jamaah membutuhkan proses yang panjang, tidak terburu-buru dan tentunya melalui istikharah .Itulah sekilas di balik proses lahirnya NU, ada peran dan pengaruh dari Syaikhona Khalil Bangkalan. Alfatiha .
OlehAbdullah Hamid Syaikhona Kholil Bangkalan Madura lahir Tahun 1820 M atau 1235 H merupakan guru ulama besar di pulau Jawa. Ulama besar yang digelar oleh para kiai sebagai "Syaikhuna" yakni guru kami, karena kebanyakan kiai-kiai dan penggasas pondok pesantren di Jawa dan Madura pernah belajar dan nyantri dengan beliau.
Jakarta - Tepat pada tanggal 27 Januari 1820 M, Abdul Latif seorang Kyai Kampung Senenan, Desa Kemayoran, Kecamatan Bangkalan, Kabupaten Bangkalan , ujung Barat Pulau Madura, Jawa Timur, merasakan kegembiraan. Pada hari itu, dia mendapat karunia dengan lahirnya seorang putra yang diberi nama Muhammad melantunkan adzan di telinga sang putra, KH. Abdul Latif berdoa, memohon kepada Allah SWT agar Muhammad Kholil kelak menjadi pemimpin umat. Allah mengabulkan doa KH. Abdul Latif. Muhammad Kholil yang kemudian terkenal dengan Syaikhona Kholil menjadi salah satu pemimpin besar umat Islam. Syekh Kholil al-Bangkalan berasal dari keluarga ulama, ayahnya, KH Abdul Latif, memiliki ikatan darah dengan Sunan Gunung Jati. Ayah Abdul Latif adalah Kyai Hamim, anak dari Kyai Abdul Karim. Yang disebut terakhir ini merupakan anak dari Kyai Muharram bin Kyai Asror Karomah bin Kyai Abdullah bin Sayyid Sulaiman. Sayyid Sulaiman merupakan cucu dari Sunan Gunung Pendidikan Syaikhona KholilSejak kecil Muhammad Kholil dididik sangat ketat oleh sang ayah. Kebetulan juga Mbah Kholil di masa kecil sangat haus akan ilmu. Terutama yang berkaitan dengan ilmu Fiqh dan nahwu. Bahkan lebih istimewanya lagi ia sudah hafal dengan baik Nazham Alfiyah Malik sejak usia Abdul Latif kemudian mengirim Mbah Kholil kecil untuk menimba ilmu yang lebih luas ke sejumlah pesantren. Awal pendidikan Mbah Kholil muda belajar kepada Kyai Muhammad Nur di Pondok Pesantren Langitan, Tuban , Jawa Timur. Setelah menimba ilmu dari Langitan Mbah Kholil pindah ke Pondok Pesantren Cangaan, Bangil, Pasuruan. Kemudian Mbah Kholil melanjutkan pendidikannya ke Pondok Pesantren menimba ilmu di pondok pesantren ini, Mbah Kholil belajar dengan Kyai Nur Hasan yang menetap di Sidogiri, berjarak 7 kilometer yang harus ditempuh dari Keboncandi. Saat melakukan perjalanan dari Keboncandi ke Sidogiri, Mbah Kholil selalu membaca Surat Kholil di masa muda memiliki keinginan untuk menimba ilmu ke Mekkah. Pada saat usianya mencapai 24 tahun, Mbah Kholil memutuskan untuk pergi ke Mekkah setelah menikah. Untuk ongkos melakukan perjalanan bisa ia tutupi dari hasil kerja kerasnya menabung saat masih menyantri di Banyuwangi. Selama melakukan pelayaran menuju Mekkah, konon, Mbah Kholil berpuasa. Hal ini disebabkan bukan karena untuk menghemat uang, namun tujuan ini agar dapat lebih mendekatkan diri kepada Allah dan agar selamat sampai tujuan. Mbah kholilKaramah merupakan perkara yang sangat luar biasa yang tampak pada seorang wali yang tidak disertai dengan pengakuan seorang Nabi. Dari sosok Mbah Kholil yang merupakan seorang Ulama Besar tentunya memiliki karamah Mbah Kholil dari berbagai sumber yang telah kami rangkum di Tertawa Keras saat SholatPada suatu hari, saat melakukan sholat berjamaah yang dipimpin oleh seorang Kyai Pondok Pesantren tempat Mbah Kholil muda menimba ilmu, ia tertawa cukup keras. Setelah selesai sholat kyai tersebut menegur Mbah Kholil atas tindakan yang ia lakukan memang dilarang dalam Islam. Syekh Kholil pun menjawab hal yang menyebabkan ia bisa tertawa keras. Ketika shalat berjamaah berlangsung ia melihat berkat makanan yang dibawa pulang sehabis kenduri di atas kepala sang kyai. Mendengar jawaban tersebut sang kiai pun sadar dan malu atas shalat yang Dapat Membelah DiriMbah Kholil memiliki kemampuan yaitu membelah diri. Ia bisa berada di beberapa tempat dalam waktu bersamaan. Pernah terjadi peristiwa aneh di saat ia sedang mengajar di pesantren. Saat berceramah, Mbah Kholil melakukan sesuatu yang tidak terlihat oleh mata. Tiba-tiba baju dan sarung beliau Nampak basah bulan kemudian teka teki tersebut terjawab. Ada seorang nelayan sowan mendatangi Mbah Kholil. Dia mengucapkan terima kasih kepada Mbah Kholil karena sudah menolongnya di saat perahunya mengalami pecah di tengah Ditangkap lalu Dibebaskan oleh BelandaSyekh Kholil pernah ditangkap oleh Belanda karena dituduh melindungi beberapa orang yang terlibat perlawanan terhadap kolonial di pondok pesantrennya. Pada saat ditangkapnya Syekh Kholil, terjadi hal aneh yang tidak bisa mereka mengerti. Seperti tidak bisa dikuncinya pintu penjara, sehingga membuat mereka harus berjaga penuh agar tahanan tidak melarikan diri. Banyak orang yang berdatangan untuk menjenguk Syekh Kholil dan memberi makanan, bahkan sampai banyak orang yang meminta ingin ikut ditahan bersamanya. Kejadian tersebut membuat pihak belanda untuk merelakan Syekh Kholil Menyembuhkan Orang SakitSyekh Kholil memiliki karamah yang sangat luar biasa. Dalam kisahnya diceritakan ada seorang keturunan China yang sedang mengalami sakit lumpuh, padahal sudah dibawa ke Jakarta, namun masih belum juga sembuh. Lalu ia mendapatkan informasi bahwa di Madura ada orang sakti yang bisa menyembuhkan penyakit. Setelah mengetahui itu semua mereka pergi menuju Madura yakni ke Mbah Kholil untuk melakukan perjalanan kira-kira jarak 20 meter dari rumah Mbah Kholil, tiba-tiba muncul Mbah Kholil dengan membawa pedang sambil berkata Melihat hal tersebut, kedua orang tersebut lari sangat kencang bahkan ia tidak sadar bahwa ia sedang sakit. Tanpa mereka sadari mereka sudah sembuh. Mereka sangat bersyukur atas karamah yang ia dapatkan dari Mbah Kholil. Setelah Mbah Kholil wafat bahkan mereka sering datang ke makam Mbah Kholil untuk berziarah. lus/erd
SyeikhKholil wafat pada hari kamis tanggal 29 Ramadhan 1343 H (1925 M) jam 04 pagi. Jenazah beliau dishalati di Masjid Agung Bangkalan pada sore harinya setelah shalat ashar, kemudian dimakamkan di Pemakaman Martajasah, Bangkalan.
Bangkalan - Nahdliyin mahfum, Nahdlatul Ulama NU berdiri pada 1926 atau nyaris seabad lalu. Pendirinya adalah Hadratus Syekh KH Hasyim Asy'ari, ulama besar yang dalam lagi luas cakrawala pengetahuannya. Namun, tak banyak yang mengetahui, ada fragmen-fragmen penting sebelum NU benar-benar dideklarasikan di di Kota Surabaya, pada 1926. Salah satunya, peran Syaikhona Kholil Bangkalan, gurunya para kiai Indonesia, terutama di Jawa. KH Hasyim Asy'ari sendiri adalah santri Mbah Kholil Bangkalan, nama lain yang juga populer, pendiri Pondok Pesantren Kademangan, Bangkalan, Madura. Sebelum pendirian NU, Mbah Kholil memberikan tongkat dan tasbih untuk KH Hasyim Asyari. Ini adalah bentuk restu sekaligus dukungan guru kepada muridnya yang akan mendirikan jam'iyah. Karomah Misterius Mbah Mangli Magelang, Ceramah di Berbagi Tempat dalam Satu Waktu Kisah Imam Masjid Sheikh Zayed Solo KH Abdul Rozaq Shofawi Saksikan Karomah Mbah Mangli Biografi dan Kisah Karomah Habib Umar bin Hoed Al-Attas Peristiwa itu terjadi setelah dua tahun lamanya, pendiri Pesantren Tebuireng di Jombang itu, mencari "isyarat langit" yang tak kunjung datang lewat salat istikharah. Penyerahan tongkat dan tasbih yang diperkirakan terjadi pada 1924 dan dianggap sebagai isyarat langit yang selama ini dicari. Mengutip kanal Regional As'ad, seorang santri, diutus Kiai Kholil mengantarkan tongkat dan tasbih itu ke Tebuireng. Kelak murid ini dikenal sebagai KH As'ad Syamsul Arifin, pendiri pesantren paling berpengaruh di Situbondo, Salafiyah Syafi'iyah. Hikayat tentang tongkat dan tasbih itu dituturkan Kiai As'ad dalam sebuah ceramah yang direkam dalam pita kaset. Isinya kemudian ditranskip dan dimuat dalam buku berjudul 'Syaikhona Kholil Bangkalan Penentu Berdirinya Nahdlatul Ulama'. Buku yang terbit pada 2012 ini ditulis mantan Bupati Bangkalan RKH, Fuad Amin Imron, yang wafat pada 16 September 2019. Terlepas dari semua kontroversi dan skandal dalam 71 hidupnya, buku ini terasa istimewa karena penulis adalah cicit Syaikhona Kholil Bangkalan, ulama yang disegani itu. Selama nyantri ke Mbah Kholil, As'ad muda hanya ditugasi mencari kayu bakar. Namun, pada 1924 itu, ia dipercaya mengemban amanah besar, mengantarkan tongkat dan tasbih itu, dari Bangkalan menuju Tebuireng. Maka Kiai As'ad adalah saksi sekaligus pelaku sejarah berdirinya NU, sebuah organisaai keagamaan dengan jumlah pengikut terbanyak di Indonesia. Kiai As'ad memulai kisahnya enam tahun sebelum NU diresmikan di di rumah KH Wahab Hasbullah, Kota Surabaya, pada 31 Januari 1926. Saksikan Video Pilihan IniDetik-Detik Wanita Nekat Terobos Paspampres dan Cegat Mobil Demi Salami JokowiMenangkal WahabiPendiri NU sekaligus Rais Akbar, Hadratus Syekh KH Hasyim Asy'ari. Foto Istimewa via NU OnlinePada 1920, kata Kiai As'ad, sebanyak 67 ulama Nusantara berkumpul di Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur. Selama sebulan, mereka bermukim di rumah Kiai Muntaha Desa Jengkebuen, guna membahas kemunculan aliran baru yang gencar menyiarkan pemurnian ajaran Islam dengan hanya berpedoman pada Al-Qur'an dan Hadis. Para ulama itu resah oleh aliran baru yang kemudian hari dinamai Wahabi karena mengharamkan tahlil dan ziarah kubur, sebuah ajaran yang sudah lama dipraktekkan oleh pengikut Ahlus Sunnah wal Jamaah yang dibawa Wali Songo ke tanah Jawa. Pertemuan gawat di tahun 1920 itu tak menemukan solusi bagaimana meredam Wahabi yang gerakannya kian gencar dan massif. Mereka butuh fatwa KH Muhammad Kholil, seorang ulama di Bangkalan yang masyhur karena kealiman dan kewaliannya juga mertua Kiai Muntaha. Belum sempat Kiai Muntaha menemui sang mertua. Kiai Kholil mengutus Nasib, seorang muridnya ke Jengkebuen. Nasib diminta membaca surat As-Shaaf ayat 8 dan 9 kepada para ulama di rumah menantunya itu. Para Ulama itu puas dan lalu pulang, karena ayat itu rupanya adalah fatwa yang mereka tunggu atas munculnya gerakan yang dicetuskan ulama Arab Saudi, Ibnu Abdul Wahhab yang pengaruhnya begitu kuat setelah Kota Mekkah ditaklukkan seorang Kepala Suku bernama Al-Saud yang kemudian mendirikan kerajaan dan masih berkuasa sampai kini. "Itulah karomah Kiai Kholil. Sudah tahu jawaban atas sebuah pertanyaan yang belum disampaikan," kata Kiai As'ad. Antara tahun 1921 hingga 1922, sesudah pertemuan ulama di Bangkalan dua tahun sebelumnya, sebanyak 46 ulama Pulau Jawa dan Madura bertemu di Kawatan Surabaya, rumah Kiai Mas Alwi. Kali itu pokok bahasan lebih kongkret yaitu pembentukan sebuah organisasi untuk menangkal kemunculan kelompok Islam yang tidak senang pada ajaran ahlussunnah. Di antaranya kiai yang hadir antara KH Hasyim Asyari, KH Hasan Genggong, KH Samsul Arifin, KH Dahlan Nganjuk, dan KH Asnawi Kudus dan Kiai Taher Bungkuk juga kiai-kiai Jombang. Namun, pertemuan itu tak kunjung seiya-sekata. Sebagian sepakat membentuk organisasi baru, Sebagian lagi mengusulkan agar memperkuat organisasi yang sudah ada seperti Sarekat Islam atau Masyumi. Karena tak juga menemukan jalan keluar, kata As'ad, seorang kiai akhirnya menghadap Kiai Kholil Bangkalan. Dia kemudian bercerita pernah membaca tulisan Sunan Ampel sewaktu nyantri di Kota Madinah. Isinya menceritakan Sunan Ampel pernah bermimpi bertemu dengan Nabi Muhammad SAW. "Dalam mimpi itu Nabi Muhammad berpesan agar ajaran ahlus sunnah dibawa ke Indonesia karena orang-orang Arab sendiri tidak mampu melaksanakannya," ujar As' Tongkat dan Berdirinya NUPrabowo Subianto berdoa di makam Syaikhona Kholil Bangkalan saat maju sebagaj Capres pada Pemilu 2019 lalu. Di Cirebon, pada 1921 itu, kongres Islam pertama digelar. HOS Cokroaminoto, tokoh Sarekat Islam, memimpin kongres. Namun tujuan kongres untuk menyatukan visi dan misi umat Islam dan mengurangi ketegangan antar kelompok tak tercapai. Al-Irsyad yang diwakili Ahmat Soorkatti dan ulama tradisional yang diwakili KH Wahab Hasbullah dan KH Asnawi Kudus berbeda pandangan soal mazhab. Di tengah berbagai upaya menyatukam visi umat Islam itu dan tarik ulur kiai-kiai tradisional membentuk organisasi baru. Pada sebuah pagi di awal 1924, Kiai Kholil tiba-tiba memanggil As'ad. Dia diminta sang guru mengantarkan sebuah tongkat pada KH Hasyim Asyari di Tebuireng. Pada akhir tahun itu, As'ad dipanggil lagi, kali ini mengantarkan tasbih. Menurut Kiai As'ad, ketika menerima dua benda itu, Kiai Hasyim memberi reaksi yang berbeda. Saat menerima tongkat disertai potongan ayat surat Thaha ayat 17-23, Kiai Hasyim langsung berujar bahwa dengan tongkat itu hatinya makin mantap untuk mendirikan organisasi bernama Jam'iyatul Ulama dan tongkat itu disebut sebagai tongkatnya Nabi Musa. Sementara menerima tasbih yang disertai bacaan Ya Jabbar, Ya Qohhar, dua dari 99 Asmaul Husna, Kiai Hasyim Asyari berujar bahwa yang melawan ulama akan hancur. "Saat disuruh Kiai Kholil dua kali ketemu Kiai Hasyim, saya dikasih ongkos dan tidak saya belanjakan, sampai sekarang masih ada," ujar As'ad. Setahun kemudian, Kiai Kholil Bangkalan meninggal dunia tahun 1925, pada hari ke 29 bulan Ramadan. Setahun berselang, tepatnya pada 31 Januari 1926, NU resmi didirikan di rumah KH Wahab Hasbullah di Kampung Kertopaten, Surabaya. Tanggal ini adalah tanggal dibentuknya 'komite hijaz'. Sebuah komite yang akan dikirim ke Mesir untuk mengikuti Muktamar Islam Dunia pertama, untuk memperjuangkan agar penguasa Arab Saudi tetap memperbolehkan ajaran Ahlussunah wal Jamaah diajarkan di Mekkah. Atas usul Kiai Mas Alawi, nama Komite Hijaz diganti menjadi Nahdlatul Oelama', nama yang kemudian disepakati resmi menjadi nama organisasi untuk didaftarkan pada Gubernur Hindia Belanda. Salah satu penyusun anggaran dasar NU adalah KH Dahlan Nganjuk. Dan Lambang NU dibuat oleh KH Ridwan Abdullah Surabaya. "Sudah jelas, ini kesaksian saya, karena saya tahu awal pembentukan NU yang saya cintai," ujar Kiai As'ad dalam ceramah itu. Tim Rembulan* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Danpesan simbolik Syaikhona Kholil inilah yang telah menepis keraguan, kegamangan dan kegelisahan Kiai Hasyim untuk mendirikan NU. Buku Syaikhona Kholil Bangkalan bisa Anda dapatkan di Toko Buku Aswaja Surabaya | Hub. 0852.3161.2096 | 0896.2580.1256 Jual Buku Dialog Tasawuf Kyai Said | Toko Buku Asw Jual Buku Dialog Problematika
- ŠŠ¼ ŃÖ
ŃŃÕ” į¬Õ»
- ĪŠ·Õ„κе Ń
Ketikabeliau masih di dalam kandungan dibawalah oleh orang tua beliau Kyai Nawawi Sidogiri beserta istrinya yang tengah mengandung. Ke Madura meminta do a dan barokah kepada Guru beliau kyai Kholil bangkalan Madura. Mbah Yai Kholil Ber kata dan berpesan : Mon Kanak areyah Lahir senga beri nyama kholil karena kanak reya tang panaros
KiaiKholilurrahman atau yang lebih dikenal dengan 'Ra Lilur' tadi malam wafat di kediamannya di Desa Banjar, Kabupaten Bangkalan. Jenazah akan disholatkan di Pesantren Syaikhona Kholil Rabu (11/4) siang ini. Selanjutnya dimakamkan di kompleks pemakaman Syaikhona Kholil Martajasah Bangkalan. "Beliau adalah putra dari KH Ahmad Tamyiz dan Ny Romlah.
vTWgb. 301 184 64 201 37 134 77 433 157
pesan kyai kholil bangkalan